Titanfall Review (Bahasa Indonesia)

http://eaassets-a.akamaihd.net/prod.titanfall.com/sites/default/files/styles/gallery_standard/public/Titanfall_wallpaper2560x1440.jpg?v=190rc5


Datang dari para veteran yang pernah tergabung dalam tim di balik Call of Duty, pertamanya memang tidak mudah untuk menjauhkan Titanfall dari bayang-bayang Call of Duty. Alasannya mungkin lantaran game ini masih berkutat pada genre sama, dan ya, pengaruh Respawn Entertainment sebagai inkarnasi baru para 'lulusan' Infinity Ward. Sukses mencetak penghasilan fantastis dengan judul-judul Call of Duty sewaktu masih di bawah naungan publisher lamanya, debut bersama EA sebagai publisher barunya pun kontan membuat industri penasaran akan Titanfall.
Selepas E3 tahun lalu, gamers pun telah diperkenankan mengenal lebih jauh judul ini. Untuk Titanfall, Respawn memutuskan beranjak dari setting modern yang sempat dicetuskannya menjadi tren FPS (first-person shooter) generasi lalu dan beralih pada tema sci-fi di masa depan. Perang dikisahkan tengah berkecamuk di suatu planet dengan adanya dua kubu yang bertikai: IMC (Interstellar Manufacturing Corporation) dan Militia. Selebihnya, cerita bukanlah sesuatu yang mendapat cukup sorotan di sini. Sebatas ada untuk melatari pertempuran yang berjalan pada campaign-nya, apabila dikatakan. Lantas, apakah hype selama beberapa bulan terakhir memang sepadan dengan hasil akhirnya?
Penting untuk diketahui, Titanfall merupakan sebuah game yang berbasis online multiplayer. Tak ada single-player campaign, semua hanya akan dapat dimainkan dengan koneksi internet dan adanya pemain lain. Respawn telah meninggalkan ide single-player yang konvensional dan berfokus pada online multiplayer yang potensial menjadi masa depan genre ini kelak. Sementara ini menjadi satu nilai minus bagi mereka yang sudah terbiasa dengan konsep single-player umumnya, model ini harusnya akan lebih diapresiasi oleh para penikmat sensasi multiplayer FPS. Lebih lanjutnya, teknologi cloud Microsoft memungkinkan proses data pada saat in-game menghasilkan segalanya secara real-time oleh tiap pemain. Dukungan demikian jugalah yang menjadi alasan di balik model 'always online' dari Titanfall.
FPS memang hanya sekedar FPS di mata sebagian kalangan pemain. Seperti halnya Call of Duty, Titanfall menempatkan pemainnya pada mekanisme sudut pandang orang pertama. Akan tetapi, Respawn punya rancangan gameplay yang brilian di atas tampilan yang sekedar FPS secara kasat mata. Idenya adalah dengan menempatkan 12 Pilot (sebutan gamers di Titanfall) dalam sebuah map. Meski hanya menampilkan enam lawan enam, nyatanya map tidak hanya akan dihuni oleh 12 orang, melainkan juga cukup banyak AI yang terbagi menjadi beberapa macam untuk membuat jalannya pertempuran lebih hidup. Tapi itu saja memang tidak cukup. Titanfall punya gaya tersendiri yang membuat gameplay-nya tidak hanya stylish, namun juga variatif dan kreatif.
Salah satunya adalah dengan memperkenalkan senjata masa depan berupa robot/mech raksasa yang disebut Titan. Teknologi yang juga ikon ciptaan Hammond Robotics ini tampak mutakhir dan memegang peran penting dalam pertarungan. Terdapat tiga Titan yang terbagi menurut kelasnya: Atlas, Ogre, dan Stryder. Titan dapat diterjunkan ke medan tempur oleh setiap Pilot pada kapanpun setelah siap. Dapat dikendalikan secara langsung, dan dapat pula diperintah secara otomatis (Auto-Titan). Seperti halnya kustomisasi kelas pada Call of Duty, Titan menawarkan kustomisasi pilihan senjata dan beberapa 'perks' (di sini Tactical Ability, Tier Kits) yang dapat disesuaikan menurut gaya bermain.
Meski berada di dalamnya adalah sesuatu yang cukup berkesan powerful, Titan ternyata tidak selalu menjadi kunci kemenangan. Tempo permainan Titanfall yang cepat amat menuntut pemainnya bermanuver dengan mobilitas tinggi di tengah pertempuran. Sebagai Pilot, gamers dilengkapi dengan booster untuk double jump dan kemampuan melakukan wall running. Dan seperti halnya Titan, para Pilot juga terbagi menjadi beberapa kelas dengan persenjataan, Tactical Ability, dan Tier Kits yang dapat dikustomisasi. Sebagai tambahan, ada pula gimmick disebut Burn Cards yang berfungsi menawarkan power-up sementara. Burn Cards biasa diperoleh setelah menyelesaikan challenges dan bersifat sekali pakai.
Alhasil, memadukan kemampuan Pilot dan Titan di tengah medan tempur yang bersifat dinamis adalah esensi dalam Titanfall. Gameplay yang dirancang sedemikian rupa merupakan faktor yang menciptakan adanya berbagai kemungkinan hal dapat terjadi di dalam sesi permainannya. Sesuatu yang brilian dan melampaui game-game FPS yang selama beberapa tahun terakhir cenderung minim dari segi inovasi.
Walau tanpa single-player campaign, game ini menawarkan pengalaman bermain yang dapat bertahan lama untuk mereka yang menikmatinya. Seperti yang dijelaskan di atas, rancangan gameplay yang dinamis dan memberi kebebasan dalam aksinya adalah kunci kesenangan Titanfall. Alhasil, gamers akan dibuat sering melakukan improvisasi terhadap gameplay dan menemukan kemungkinan atas lebih banyak lagi hal keren yang bisa terjadi pada tiap situasi permainan. Melakukan mid-air detonation, Rodeo pada Titan lawan, melompat ke Titan rekan dan menembaki lawan dari posisi tersebut, hingga melakukan "Titanfall" pada titik yang dapat menghancurkan lawan dan memanfaatkan Vortex Shield, rasanya ada banyak sekali pengalaman keren untuk dipamerkan. Apalagi, Titanfall menampilkan segmen berupa Epilogue yang akan menjadi penutup sesinya. Apabila kalah, tim yang kalah akan dipaksa menuju pesawat untuk evakuasi, sedangkan tim yang menang harus menggagalkannya.
Dengan gameplay FPS yang bertempo cepat, mungkin tidak sedikit juga dari gamers non-FPS yang merasanya sulit dimainkan. Tapi kenyataannya, Titanfall memang dirancang dengan mempertimbangkan serta kalangan yang tidak terlalu hardcore dalam memainkan FPS. AI yang lebih mudah dilumpuhkan akan cukup membantu gamers dalam berkontribusi terhadap tim dan adanya senjata berupa Smart Pistol yang secara otomatis dapat membidik lawan. Memungkinkannya tetap dapat dinikmati oleh mereka yang belum piawai dalam memainkannya. Bayangkanlah AI-AI di sini memiliki peranan seperti Creeps di DotA.
 
Sementara campaign hanya sekedar mengemas cerita dan lebih minim dalam menawarkan variasi, pilihan mode yang lebih banyak akan dapat ditemukan pada menu classic. Adapun mode-mode yang tampil meliputi: Attrition, Hardpoint, Last Titan Standing, Pilot Hunter, Capture the Flag, dan Variety Mode. Untuk map-nya, terdapat 15 map dan sembilan chapter untuk diselesaikan pada campaign masing-masing kubu (18 chapter untuk dua kubu). Selain itu, seperti pada Call of Duty yang memiliki fitur Prestige, Titanfall juga menawarkan fitur serupa yang disebut Regeneration. Pemain yang telah melakukan Regeneration akan memiliki Rank Chip di sebelah namanya. Fitur ini membutuhkan challenges untuk diselesaikan selain dari mencapai level cap maksimal.
Secara visual, Titanfall sudah terlihat bagus meski belum sepenuhnya menonjolkan kapabilitas teknis grafis yang dimiliki Xbox One. Game ini mampu mengemas animasi dengan efek in-game yang keren dan didukung oleh kualitas 60 fps yang dibutuhkan para penggemar genrenya. Untuk aspek yang dapat dipandang, visualisasi secara menyeluruh memang sudah patut mendapat pujian. Sementara itu, sound pun melakukan pekerjaannya dengan cukup baik dalam menghidupkan suasana di medan perang.
Share on Google Plus

About Dicky Perdana Putra

0 comments: